- Selasa, 02 Oktober 2018

Cerita Pendakian Semeru - Hari Ketiga

Kami bangun tidur pukul 23.00. Lalu bersiap dengan peralatan masing-masing. Aku dengan skibo, jaket dobel, masker, sarung tangan dobel, celana dobel, kaos kaki, sepatu running wkwk. idak dianjurkan memakai sepatu model begitu untuk summit semeru. Nanti juga kalian tahu haha. Oh iya. Esti memustuskan untuk tidak ikut summit attack. It's okay, lebih baik jangan dipaksakan. Karena tujuan kita pergi adalah untuk pulang. Puncak hanyalah bonus.
Aku, Irul, dan Nurul sudah siap sekitar pukul 23.30. Lalu kami berdoa dan berpamitan ke Esti. Setelah itu kami menuju ke shelter untuk mencari mas-mas yang tadi mengajak kami untuk summit bareng. Namun kami tidak menemukan dia, padahal sudah kami telusuri tiap ruangannya. Mungkin dia sudah berangkat duluan. Ya sudah lalu kami berangkat saja. Eh tunggu, kami tidak tahu jalurnya haha. Jalan menuju puncak yang biasanya dilewati sebenarnya lewat Arcapada. Tetapi karena longsor jadi dialihkan.

Saat itu keadaan masih gelap kami tidak dapat melihat petunjuk jalan juga. Lalu kami mendekati salah satu rombongan yang sepertinya akan summit juga. Sepertinya mereka sudah tahu jalannya. Kami mengajak untuk summit bareng dan mereka setuju. Tidak sulit mencari teman di gunung hehe.
Setelah siap kami ramai-ramai mulai berjalan. Kami berangkat pukul 00.00. Trek awal yaitu pepohonan dengan tanah pasir yang menanjak. Dalam perjalanan kami juga mengobrol dengan mereka. Ternyata mereka rombongan dari Jakarta, yang didampingi orang asli Malang. Pantas lah orang Malang pasti sudah kerap kesini.

Selama perjalanan rombongan mereka sepertinya agak kewalahan. Karena merasa tidak enak dengan kami mungkin, ketua rombongan mempersilahkan kami untuk berjalan duluan. Kami juga agak tidak enak sih tapi yaudah nggak papa. Lalu kami ijin jalan duluan, tak lupa berterima kasih, dan juga memberi salam "Sampai ketemu di atas ya" hehe.

Dua jam kami menanjak, akhirnya sampai di batas vegetasi. Disitu aku melihat ada nisan. Mungkin dari pendaki yang pernah meninggal disini. Kami harus lebih fokus lagi. Dari sini sudah tidak ada pohon lagi. Hanya pasir dan batu. Dua langkah naik, satu langkah turun. Bismillah.

Aku mendongak ke atas, sudah terlihat beberapa barisan lampu di jalur. Kami pun melanjutkan perjalanan lagi. Sedikit demi sedikit naik. Awalnya aku sering merosot turun karena belum menemukan cara yang tepat untuk melangkah. Tapi setelah cukup adaptasi sudah mulai enak sih. Tak apa jalan pelan-pelan asal tidak merosot. 

Perjalanan disini sangat melelahkan. Benar-benar membuat otot kaki tegang. Seringkali aku berhenti, untung teman-temanku sabar menunggu. Aku benar-benar kewalahan. Tidak ada jalur datar disini. Jika ingin istirahat pun aku harus rebahan di jalur yang menanjak. Yang perlu diperhatikan yaitu jangan istirahat diatas batu atau menginjaknya, karena apabila batu menggelinding ke bawah akan sangat berbahaya bagi teman-teman yang ada di bawahnya.

Dalam perjalanan kami sempat bertemu seseorang dengan tubuh gemuk, sepertinya dia ketinggalan rombongan. Dia titip salam. "Mas, nanti kalo misal ketemu rombongan dari sini (lupa) tolong bilangin aku turun duluan ya", Begitu titipnya. Ya sudah. Kami cuma bisa terus berjalan. Begitu lama kami berjalan tanpa memerhatikan waktu. Niat menikmati matahari terbit dari puncak pun harus gagal karena kami yang masih belum sampai.

Tidak beberapa lama setelah matahari terbit dan langit mulai sudah terang, puncak telah mulai kelihatan. Aku memutuskan istirahat sebentar dan mempersilahkan teman-teman untuk jalan duluan. Setelah cukup mengatur napas lalu aku berjalan lagi. Sekitar 15 menit kemudian akhirnya aku sampai di puncak, saat itu pukul 06.00 pagi 26 Agustus 2015.

Disitulah puncak emosiku tertumpahkan. Mataku berkaca-kaca membayangkan apa yang telah kami lalui. Mahameru, aku disini.

Semakin lama semakin ramai orang yang berdatangan sampai di puncak. Dalam keramaian itu kami melihat orang yang tadi titip salam kepada kami. Kukira dia jadi turun, namun ternyata dia berhasil sampai di puncak. Rombongan orang tersebut langsung menghampirinya dan memeluknya. Dan pria itu tenggelam dalam sujud dan tangisnya. Sungguh foto-foto itu hanya memperlihatkan apa yang kami capai, namun tidak menceritakan apa yang kami lalui.

Setelah puas berfoto-foto kami memutuskan turun pukul 07.00 karena batas maksimal untuk berada di puncak adalah pukul 10.00. Setelah itu akan berbahaya karena kawah mulai mengeluarkan gas beracun. Perjalanan turun tidak seperti perjalanan naik. Disitu aku bisa main ski pasir, benar-benar asik. Namun harus hati-hati apabila kebablasan bisa saja malah masuk ke jurang Blank 75. Saking asiknya aku main ski pasir tidak terasa sudah sampai saja di batas vegetasi. Kami sampai di Kalimati pukul 09.00. Cukup cepat bukan.
Lalu kami makan pagi bersama, dilanjutkan dengan istirahat sampai pukul 13.00. Sehabis itu kami mulai perjalanan turun dari kalimati. Perjalanan turun sepertinya hampir sama aja, dengan trek yang sama. Namun ada satu hal yang sempat membuat saya agak mikir wkwk. Kami melewat pos 1 dalam keadaan sudah gelap. Perjalanan dari pos 1 menuju basecamp seharusnya tidak begitu jauh, apalagi kami turun yang seharusnya lebih cepat daripada saat naik. Namun yang aku rasakan saat itu seperti kami sudah berjalan sangat lama tapi tidak sampai-sampai. Aku sih tetap positif thinking aja. Kami terus berjalan tanpa berhenti. Kondisi Nurul saat itu juga sudah sangat kelelahan, jalan aja sempoyongan. Kami sudah menawarkan bantuan untuk membawakan tas nya tapi Nurul tidak mau, ya sudah.
Akhirnya kami sampai di basecamp sekitar pukul 19.00. Lega sekali perasaanku. Bisa istirahat, sejenak. Tidak lupa kami lapor ke pos bahwa kami telah kembali dari pendakian. Setelah istirahat sebentar, lalu kami melanjutkan perjalanan menuju Lumajang. Agak nekat sebenarnya. Karena kondisi jalan yang rusak parah, lewat tengah hutan, tidak ada penerangan, dalam kondisi fisik yang capek. Tapi kami tidak mau teman-teman kami di Lumajang khawatir, karena kami sudah janji untuk pulang tanggal 26 nya. Dan besoknya juga akan diadakan pamitan dengan warga karena kami akan kembali pulang ke Jogja.
Perjalanan ke lumajang memakan waktu 1,5 jam. Kami tiba di Lumajang sekitar pukul 21.00. Disana kami disambut teman2 kami. Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan perjalanan kali ini dengan lancar.
Akhir kata.
"Alam ini bukan warisan dari nenek moyang kita, tapi ini adalah titipan dari anak cucu kita."
Mari kita menjaganya bersama. Salam Lestari.

Tangerang, 2 Oktober 2018.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar