- Rabu, 29 Januari 2014

Titik Hitam

Suatu pagi di sebuah kampus.
Dosen : (Menggambar titik di whiteboard).
Mhs    : (Diam memperhatikan)
Dosen : Apa ini? (seraya menunjuk ke titik yang ia gambar)
Mhs    : Titik, Pak. (jawab mereka bersama-sama)
Dosen : Ada yang bisa menjawab lebih benar?
Mhs    : Titik hitam, Pak.

          Cerita diatas adalah sebuah gambaran bagaimana kita - manusia - memandang orang lain. Mudah sekali bagi kita untuk melihat kekurangan dan kejelekannya, apabila kita hanya melihat sekenanya saja.
          Setiap orang mempunyai titik hitam, bahkan diri kita sendiri. Itu sudah menjadi kodrat kita sebagai mahluk Tuhan yang disebut "Manusia". Kita yang tidak akan bisa luput dari kesalahan.
          Namun dalam setiap hati manusia masih terdapat whiteboard tanpa titik. Bagian yang masih bersih dari noda. Bagian yang kita sebut sifat baik. Dan manusia, pada dasarnya akan selalu menuju pada kebaikan
          Jadi berhentilah bersifat picik. Pandanglah seseorang secara lebih luas. Jangan terlalu cepat menilai. Jangan sembarang menghakimi. Akan ada kebaikan, dan keburukan. Itu wajar.
         Yang tidak wajar adalah tidak memberi kesempatan pada diri sendiri untuk melihat kebaikan orang lain.

Papan tulis putih dengan sebuah titik hitam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar