Bromo..
Setelah satu tahun mundur dari rencana akhirnya bisa berkunjung juga. Namun bukan dengan cara backpacker. Kebetulan aku sedang melaksanakan program KKN selama dua bulan dari Juli-Agustus di Senduro Lumajang.
Pada libur weekend kami diajak oleh pemuda kampung setempat untuk jalan-jalan ke Bromo. Tentu saja ajakan yang tidak mungkin kami tolak. Kapan lagi ke Bromo, mumpung deket. Dari tim kami hanya 8 orang yang ikut, ditambah 5 pemuda plus sopir. Akomodasi kami dari Senduro ke Bromo menggunakan mobil bak terbuka. Kami berangkat siang hari, lupa tepatnya jam berapa. Dari senduro terdapat jalan menuju Ranupani, basecamp pendakian Gunung Semeru. Fyi lagi Ranupani ini masuk Kabupaten Lumajang juga. Perjalanan dari Senduro ke Ranupani menembus kawasan hutan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) memakan waktu sekitar satu setengah jam. Kondisi jalan saat itu masih banyak yang rusak, namun perbaikan masih terus berjalan. Di sepanjang jalan hanya terdapat pepohonan banyak dijumpai cemara gunung dengan ukuran yang besar. Kalau kalian beruntung bisa dijumpai pula monyet dan lutung yang bergelayutan di atas pohon. Sesampainya di Desa Ranupani pemandangannya lebih indah lagi. Sawah dan bukit yang hijau, Danau Ranupani, Semeru dari kejauhan, kalian juga akan disuguhkan pemandangan lautan pasir Bromo dari atas kayak di seperi di film 5cm.
Dari Ranupani perjalanan berlanjut lagi. Setelah keluar dari Ranupani kita akan sampai di pertigaan Tumpang (Malang-Ranupani-Bromo). Disini kita bertemu beberapa jeep dari arah malang yang sedang istirahat maupun turun ke Bromo. Saat itu jalan unutk turun dari pertigaan Tumpang ke Bromo masih parah banget, sehingga kami harus beberapa kali turun untuk membuat pijakan roda agar mobil tidak selip dan tersangkut. Namun kami dengar jalan tersebut kini sudah diperbaiki.
Saat turun kebetulan matahari sedang terbenam, sehingga kami dapat menyaksikan lukisan alam yang benar-benar indah. Dataran Bromo yang dihiasi warna jingga dari matahari yang terbenam.
Kami sampai di bawah Gunung Bromo pas maghrib. Disini ada banyak warung milik warga Tengger. Rata-rata setiap warung membuat api unggun untuk menarik pengunjung. Ada wc umum juga. Setelah sholat dan beres-beres kami menyempatkan untuk mendaki ke atas Bromo ditemani udara yang dingin dan bau belerang. Untuk mendaki Bromo sudah disediakan tangga. Konon setiap orang yang menghitung jumlah anak tangga pasti hasilnya berbeda-beda. Jadi aku iseng aja menghitung anak tangga. Sampai puncak aku dapat 145 anak tangga, dan hitunganku beda dari hitungan temanku yang dapat 147, shit. Turun dari Bromo kami lalu membuat api unggun dari kayu-kayu yang bergeletakan di tepi jalan, sebenarnya aku pikir itu patok buat masang tenda penjual wkwk. Tapi lumayan buat ngangetin badan.
Malam di Bromo sangat dingin. Kami semua tidur di bak mobil yang hanya beralaskan tikar. Untung aku bawa sleeping bag. Tapi itupun satu dipakai selimutan berdua. Alhamdulillah aku dapat tidur beberapa jam. Teman-teman yang lain nggak kuat dinginnya, mereka lebih memilih menghanatkan badan di warung-warung warga. Aku sendiri terbangun jam 4 pagi setelah nggak kebagian sleeping bag lagi soalnya diembat temen semua -_-
Yaudah aku turun terus ke warung. Eh waktu mau turun sendal nggak ada juga, yaudah nyeker ujung-ujungnya. Nggak dianjurkan banget nyeker pagi-pagi di Bromo. Pasirnya dingin luar biasa. Yah tapi lumayan lah kalo udah deket api unggun.
Subuh begini banyak pengunjung yang turun dari Cemoro Lawang. Kalo kalian ke Bromo lewat Probolinggo desa terakhir sebelum kalian turun adalah Cemoro Lawang. Beberapa ada yang naik motor, ada yang pake jeep, ada yang langsung ke Bromo, ada yang ke Pananjakan. Kami semua disatukan oleh api unggun yang menghangatkan, soalnya saking dinginnya, di pagi hari gini selalu ada salju.
Akhirnya matahari keluar juga. Kami pun naik ke atas Bromo lagi, dan aku ngitung anak tangga lagi, kali ini sama, waktu naik dan turun aku hitung jumlahnya 147 wkwk. Ya kalo hitungan kita beda mungkin ada anak tangga yang ketutup pasir. Bau belerang di pagi hari ternyata lebih menyengat, samapi bikin mata pedes juga.
Setelah puas jalan-jalan kami pun pulang, perjalanan pulang kami lewat Probolinggo. Sepanjang perjalanan melewati Cemoro Lawang pemandangannya sungguh menakjubkan. Tapi aku udah lelah buat foto-foto wkwk
Dua jam perjalanan kami sudah sampai di Senduro lagi. Yah begitu lah pengalamanku pertama kali ke Bromo. Kapan-kapan kita kesana bareng ya ;)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar